"Kriiiiiinnnnggggg" bunyi keras sebuah handphone jadul yang ku letak di atas meja, dengan semua sisa-sisa tenaga dalam tubuh ini, ku raih handphone berwarna coklat yang sudah memudar menjadi silver. Mata sipit ini melihat sebuah pesan singkat yang belum tahu siapa pengirimnya. Rasa penasaran mulai menyebar keseluruh aliran darah, terlihat disana pukul 20.38 menunjukkan hari sudah hampir larut malam.
Setelah pesan singkat itu terbuka jantung ini berdetak lebih kencang dari biasanya. Rasanya dag dig dug dot com, Waaawww. Seseorang meminta bertemu detik itu juga, begitu inti dari pesan singkat yang datang dari seorang wanita muda. Ia memang sosok yang penting bagi ku, dengan tubuh yang sangat letih aku menguatkan tubuh ini beranjak dari tempat tidur yang empuk untuk menemui si-dia.
Sepanjang perjalanan terjadi perbincangan dalam messanger, perbincangan yang hebat seakan perang dunia III terjadi lagi. Hingga akhirnya ia mengirim kata-kata yang mengurungkan semua niat baikku malam itu. Aku merasa sangat terpojok, dan sangat direndahkan sebagai seorang laki-laki. Tak terima oleh perlakuannya aku putuskan untuk memutar balik kendali sepeda motor yang ku kendarai.
Rasa kesal tentunya, marah pasti ada apalagi kecewa. Dalam keadaan sakit aku dibuat jadi lebih sakit lagi, aku membayangkan seakan ia tak punya perasaan, ntah apa yang terpikir saat itu yang ku ingin hanya menjauh darinya dan tak mau mengalami hal yang demikian sakitnya. Seakan perjuanganku tak dihargai, merasa sangat dikecewakan aku memutuskan untuk terakhir kalinya ia ada dalam kehidupan ku. "pulanglah, ini adalah pesan terakhirku, kata-kata mu menyurutkan semua niat baikku, nikmati saja hasil ucapanmu" emosi tak terbendung lagi dan kata-kata itu tertulis dalam pesan singkat yang aku kirimkan. 15 menit berlalu ia pun membalas dengan pembelaan diri "aku sudah datang jauh-jauh hanya untuk bertemu dengan mu, kamu sungguh tidak menghargai pengorbananku" aku merasa hati ini seperti tersiram cuka sampai ia meleleh kemana-mana. Sebenarnya tidak tega melihatnya namun rasa terlalu kecewa mengendalikan hasrat baik menjadi buruk membuat aku benar-benar tidak peduli keadaannya.
Tidak terasa aku sudah tiba di depan pintu pagar tempat tinggalku, ku buka gembok sebesar kepala kucing dan ku dorong keras pintu itu "gludaakkk, eeetttt, 'eeeettt" bunyi pintu yang seolah ikut marah. Aku kembali membaringkan tubuh yang sakit ini sambil memegang kepala ku yang semakin terasa nyeri. Aku tidak bisa tidur, tak ku sangka malam itu akan terjadi seperti itu. Aku hanya pasrah apa yang akan terjadi esok hari. (bersambung)*
Ditulis Oleh:
TR. Yon
Alangkah baiknya jika pemeran utama lebh sabr dgn si dia...mungkn si dia punya alasan tertentu knpa dia berkata kasar kpdamu
BalasHapusPemeran utamanya belum dikenalin. Nanti bakal ada rehibilitas semoga tetap sabar menunggu ya.
BalasHapus